Morfologi tumbuhan adalah ilmu yang mengkaji berbagai organ tumbuhan, baik bagian-bagian, bentuk maupun fungsinya.
Secara klasik, tumbuhan terdiri dari tiga organ dasar:
AKAR
Akar adalah bagian pokok di samping batang dan daun bagi tumbuhan yang tubuhnya telah merupakan kormus.
Sifat-sifat akar:
1. merupakan bagian tumbuhan yang biasanya terdapat di dalam tanah,
dengan arah tumbuh ke pusat bumi (geotrop) atau menuju ke air
(hidrotrop), meninggalkan udara dan cahaya.
2. tidak berbuku-buku, jadi juga tidak beruas dan tidak mendukung daun-daun atau sisik-sisik maupun bagian-bagian lainya.
3. warna tidak hijau, biasanya keputih-putihan atau kekuning-kuningan.
4. tumbuh terus pada ujungnya, tetapi umumnya pertumbuhannya masih kalah pesat jika dibandingkan dengan bagian permukaan tanah.
5. bentuk ujungnya seringkali meruncing, hingga lebih mudah untuk menembus tanah.
Fungsi akar bagi tumbuhan:
1. memperkuat berdirinya tumbuhan.
2. untuk menyerap air dan zat-zat makanan yang terlarut di dalam air tersebut dari dalam tanah.
3. mengangkut air dan zat-zat makanan yang sudah diserap ke tempat-tempat pada tubuh tumbuhan yang memerlukan.
4. kadang-kadang sebagai tempat untuk penimbunan makanan.
Jenis akar
Secara umum, ada dua jenis akar yaitu:
1. Akar serabut. Akar ini umumnya terdapat pada tumbuhan monokotil.
Walaupun terkadang, tumbuhan dikotil juga memilikinya (dengan catatan,
tumbuhan dikotil tersebut dikembangbiakkan dengan cara cangkok, atau
stek). Fungsi utama akar serabut adalah untuk memperkokoh berdirinya
tumbuhan.
2. Akar tunggang. Akar ini umumnya terdapat pada tumbuhan dikotil. Fungsi utamanya adalah untuk menyimpan makanan.
Modifikasi akar
1. Akar napas. Akar naik ke atas tanah, khususnya ke atas air seperti pada genera Mangrove (Avicennia, Soneratia).
2. Akar gantung. Akar sepenuhnya berada di atas tanah. Akar gantung terdapat pada tumbuhan epifit Anggrek.
3. Akar banir. Akar ini banyak terdapat pada tumbuhan jenis tropik.
4. Akar penghisap. Akar ini terdapat pada tumbuhan jenis parasit seperti benalu.
BATANG
Batang merupakan bagian dari tumbuhan yang amat penting, dan
mengingat serta kedudukan batang bagi tubuh tumbuhan, batang dapat
disamakan dengan sumbu tubuh tumbuhan. Pada umumnya batang mempunyai
sifat-sifat berikut:
1. Umumnya berbentuk panjang bulat seperti silinder atau dapat pula
mempunyai bentuk lain, akan tetapi selalu bersifat aktinomorf.
2. Terdiri atas ruas-ruas yang masing-masing dibatasi oleh buku-buku dan pada buku-buku inilah terdapat daun.
3. Biasanya tumbuh ke atas menuju cahaya atau matahari (bersifat fototrop atau heliotrop)
4. Selalu bertambah panjang di ujungnya, oleh sebab itu sering
dikatakan, bahwa batang mempunyai pertumbuhan yang tidak terbatas.
5. Mengadakan percabangan dan selama hidupnya tumbuhan, tidak digugurkan, kecuali kadang-kadang cabang atau ranting yang kecil.
6. Umumnya tidak berwarna hijau, kecuali tumbuhan yang umurnya pendek, misalnya rumput dan waktu batang masih muda.
DAUN
Daun merupakan salah satu organ tumbuhan yang tumbuh dari batang,
umumnya berwarna hijau dan terutama berfungsi sebagai penangkap energi
dari cahaya matahari melalui fotosintesis. Daun merupakan organ
terpenting bagi tumbuhan dalam melangsungkan hidupnya karena tumbuhan
adalah organisme autotrof obligat, ia harus memasok kebutuhan energinya
sendiri melalui konversi energi cahaya menjadi energi kimia.
Morfologi
Bentuk daun sangat beragam, namun biasanya berupa helaian, bisa tipis
atau tebal. Gambaran dua dimensi daun digunakan sebagai pembeda bagi
bentuk-bentuk daun. Bentuk dasar daun membulat, dengan variasi cuping
menjari atau menjadi elips dan memanjang. Bentuk ekstremnya bisa
meruncing panjang.
Daun juga bisa bermodifikasi menjadi duri (misalnya pada kaktus), dan
berakibat daun kehilangan fungsinya sebagai organ fotosintetik. Daun
tumbuhan sukulen atau xerofit juga dapat mengalami peralihan fungsi
menjadi organ penyimpan air.
Warna hijau pada daun berasal dari kandungan klorofil pada daun.
Klorofil adalah senyawa pigmen yang berperan dalam menyeleksi panjang
gelombang cahaya yang energinya diambil dalam fotosintesis. Sebenarnya
daun juga memiliki pigmen lain, misalnya karoten (berwarna jingga),
xantofil (berwarna kuning), dan antosianin (berwarna merah, biru, atau
ungu, tergantung derajat keasaman). Daun tua kehilangan klorofil
sehingga warnanya berubah menjadi kuning atau merah (dapat dilihat
dengan jelas pada daun yang gugur).
Fungsi
* Tempat terjadinya fotosintesis.
pada tumbuhan dikotil, terjadinya fotosintesis di jaringan parenkim
palisade. sedangkan pada tumbuhan monokotil, fotosintesis terjadi pada
jaringan spons.
* Sebagai organ pernapasan.
Di daun terdapat stomata yang befungsi sebagai organ respirasi (lihat keterangan di bawah pada Anatomi Daun).
* Tempat terjadinya transpirasi.
* Tempat terjadinya gutasi.
* Alat perkembangbiakkan vegetatif.
Misalnya pada tanaman cocor bebek (tunas daun).
Anatomi
Organ-organ lain dapat digolongkan sebagai organ sekunder karena
terbentuk dari modifikasi organ dasar. Beberapa organ sekunder dapat
disebut sebagai organ aksesori, karena fungsinya tidak vital. Beberapa
organ sekunder penting:
BUNGA
Bunga (flos) atau kembang adalah struktur reproduksi seksual pada
tumbuhan berbunga (divisio Magnoliophyta atau Angiospermae, “tumbuhan
berbiji tertutup”). Pada bunga terdapat organ reproduksi (benang sari
dan putik). Bunga secara sehari-hari juga dipakai untuk menyebut
struktur yang secara botani disebut sebagai bunga majemuk atau
inflorescence. Bunga majemuk adalah kumpulan bunga-bunga yang terkumpul
dalam satu karangan. Dalam konteks ini, satuan bunga yang menyusun bunga
majemuk disebut floret.
Bunga berfungsi utama menghasilkan biji. Penyerbukan dan pembuahan
berlangsung pada bunga. Setelah pembuahan, bunga akan berkembang menjadi
buah. Buah adalah struktur yang membawa biji.
Fungsi bunga
Fungsi biologi bunga adalah sebagai wadah menyatunya gamet jantan
(mikrospora) dan betina (makrospora) untuk menghasilkan biji. Proses
dimulai dengan penyerbukan, yang diikuti dengan pembuahan, dan berlanjut
dengan pembentukan biji.
Beberapa bunga memiliki warna yang cerah dan secara ekologis
berfungsi sebagai pemikat hewan pembantu penyerbukan. Beberapa bunga
yang lain menghasilkan panas atau aroma yang khas, juga untuk memikat
hewan untuk membantu penyerbukan.
Manusia sejak lama terpikat oleh bunga, khususnya yang
berwarna-warni. Bunga menjadi salah satu penentu nilai suatu tumbuhan
sebagai tanaman hias.
Morfologi bunga
Bunga adalah batang dan daun yang termodifikasi. Modifikasi ini
disebabkan oleh dihasilkannya sejumlah enzim yang dirangsang oleh
sejumlah fitohormon tertentu. Pembentukan bunga dengan ketat
dikendalikan secara genetik dan pada banyak jenis diinduksi oleh
perubahan lingkungan tertentu, seperti suhu rendah, lama pencahayaan,
dan ketersediaan air (lihat artikel Pembentukan bunga).
Bunga hampir selalu berbentuk simetris, yang sering dapat digunakan
sebagai penciri suatu takson. Ada dua bentuk bunga berdasar simetri
bentuknya: aktinomorf (“berbentuk bintang”, simetri radial) dan zigomorf
(simetri cermin). Bentuk aktinomorf lebih banyak dijumpai.
Bunga disebut bunga sempurna bila memiliki alat jantan (benang sari)
dan alat betina (putik) secara bersama-sama dalam satu organ. Bunga yang
demikian disebut bunga banci atau hermafrodit. Suatu bunga dikatakan
bunga lengkap apabila memiliki semua bagian utama bunga. Empat bagian
utama bunga (dari luar ke dalam) adalah sebagai berikut:
* Kelopak bunga atau calyx;
* Mahkota bunga atau corolla yang biasanya tipis dan dapat
berwarna-warni untuk memikat serangga yang membantu proses penyerbukan;
* Alat kelamin jantan atau androecium (dari bahasa Yunani andros oikia: rumah pria) berupa benang sari;
* Alat kelamin betina atau gynoecium (dari bahasa Yunani gynaikos oikia: “rumah wanita”) berupa putik.
Organ reproduksi betina adalah daun buah atau carpellum yang pada
pangkalnya terdapat bakal buah (ovarium) dengan satu atau sejumlah bakal
biji (ovulum, jamak ovula) yang membawa gamet betina) di dalam kantung
embrio. Pada ujung putik terdapat kepala putik atau stigma untuk
menerima serbuk sari atau pollen. Tangkai putik atau stylus berperan
sebagai jalan bagi pollen menuju bakal bakal buah.
Walaupun struktur bunga yang dideskripsikan di atas dikatakan sebagai
struktur tumbuhan yang “umum”, spesies tumbuhan menunjukkan modifikasi
yang sangat bervariasi. Modifikasi ini digunakan botanis untuk membuat
hubungan antara tumbuhan yang satu dengan yang lain. Sebagai contoh, dua
subkelas dari tanaman berbunga dibedakan dari jumlah organ bunganya:
tumbuhan dikotil umumnya mempunyai 4 atau 5 organ (atau kelipatan 4 atau
5) sedangkan tumbuhan monokotil memiliki tiga organ atau kelipatannya.
BUAH
Buah adalah organ pada tumbuhan berbunga yang merupakan perkembangan
lanjutan dari bakal buah (ovarium). Buah biasanya membungkus dan
melindungi biji. Aneka rupa dan bentuk buah tidak terlepas kaitannya
dengan fungsi utama buah, yakni sebagai pemencar biji tumbuhan.
Pengertian buah dalam lingkup pertanian (hortikultura) atau pangan
adalah lebih luas daripada pengertian buah di atas. Buah dalam
pengertian ini tidak terbatas yang terbentuk dari bakal buah, melainkan
dapat pula berasal dari perkembangan organ yang lain. Karena itu, untuk
membedakannya, buah yang sesuai menurut pengertian botani biasa disebut
buah sejati.
Buah seringkali memiliki nilai ekonomi sebagai bahan pangan maupun
bahan baku industri karena di dalamnya disimpan berbagai macam produk
metabolisme tumbuhan, mulai dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin,
mineral, alkaloid, hingga terpena dan terpenoid. Ilmu yang mempelajari
segala hal tentang buah dinamakan pomologi.
Buah dalam arti botani dan arti pertanian atau pangan
Arti botani
Dalam pandangan botani, buah adalah sebagaimana tercantum pada
paragraf pertama di atas. Pada banyak spesies tumbuhan, yang disebut
buah mencakup bakal buah yang telah berkembang lanjut beserta dengan
jaringan yang mengelilinginya. Bagi tumbuhan berbunga, buah adalah alat
untuk menyebar luaskan biji-bijinya; adanya biji di dalam dapat
mengindikasikan bahwa organ tersebut adalah buah, meski ada pula biji
yang tidak berasal dari buah.[1]
Dalam batasan tersebut, variasi buah bisa sangat besar, mencakup buah
mangga, buah apel, buah tomat, cabai, dan lain-lain. Namun juga bulir
(kariopsis) padi, ‘biji’ (juga merupakan bulir!) jagung, ‘biji’
bunga-matahari, ‘biji’ lada, atau polong kacang tanah. Sementara, dengan
batasan ini, buah jambu monyet atau buah nangka tidak termasuk buah
sejati.
Arti hortikultura atau pangan
Buah dalam pengertian hortikultura atau pangan merupakan pengertian
yang dipakai oleh masyarakat luas. Dalam pengertian ini, batasan buah
menjadi longgar. Setiap bagian tumbuhan di permukaan tanah yang tumbuh
membesar dan (biasanya) berdaging atau banyak mengandung air dapat
disebut buah.
Dapat dijumpai, buah sejati (dalam pengertian botani) yang
digolongkan sebagai sayur-sayuran, seperti buah tomat, buah cabai,
polong kacang panjang, dan buah ketimun. Namun demikian, dapat dijumpai
pula, buah tidak sejati (buah semu) yang digolongkan sebagai
buah-buahan, seperti ‘buah’ jambu monyet (yang sebetulnya merupakan
pembesaran dasar bunga; buah yang sejati adalah bagian ujung yang
berbentuk seperti monyet membungkuk), ‘buah’ nangka (yakni pembesaran
tongkol bunga; buah yang sejati adalah isi buah nangka yang berwarna
putih (Jw. beton), bergetah, sedangkan bagian ‘daging buah’ yang dimakan
orang adalah tenda bunga), atau ‘buah’ nanas.
Pembentukan buah
Buah adalah pertumbuhan sempurna dari bakal buah (ovarium). Setiap
bakal buah berisi satu atau lebih bakal biji (ovulum), yang
masing-masing mengandung sel telur. Bakal biji itu dibuahi melalui suatu
proses yang diawali oleh peristiwa penyerbukan, yakni berpindahnya
serbuk sari dari kepala sari ke kepala putik. Setelah serbuk sari
melekat di kepala putik, serbuk sari berkecambah dan isinya tumbuh
menjadi buluh serbuk sari yang berisi sperma. Buluh ini terus tumbuh
menembus tangkai putik menuju bakal biji, di mana terjadi persatuan
antara sperma yang berasal dari serbuk sari dengan sel telur yang
berdiam dalam bakal biji, membentuk zigot yang bersifat diploid.
Pembuahan pada tumbuhan berbunga ini melibatkan baik plasmogami, yakni
persatuan protoplasma sel telur dan sperma, dan kariogami, yakni
persatuan inti sel keduanya.[2]
Setelah itu, zigot yang terbentuk mulai bertumbuh menjadi embrio
(lembaga), bakal biji tumbuh menjadi biji, dan dinding bakal buah, yang
disebut perikarp, tumbuh menjadi berdaging (pada buah batu atau drupa)
atau membentuk lapisan pelindung yang kering dan keras (pada buah geluk
atau nux). Sementara itu, kelopak bunga (sepal), mahkota (petal),
benangsari (stamen) dan putik (pistil) akan gugur atau bisa jadi
bertahan sebagian hingga buah menjadi. Pembentukan buah ini terus
berlangsung hingga biji menjadi masak. Pada sebagian buah berbiji
banyak, pertumbuhan daging buahnya umumnya sebanding dengan jumlah bakal
biji yang terbuahi.[3]
Dinding buah, yang berasal dari perkembangan dinding bakal buah pada
bunga, dikenal sebagai perikarp (pericarpium). Perikarp ini sering
berkembang lebih jauh, sehingga dapat dibedakan atas dua lapisan atau
lebih. Yang di bagian luar disebut dinding luar, eksokarp (exocarpium),
atau epikarp (epicarpium); yang di dalam disebut dinding dalam atau
endokarp (endocarpium); serta lapisan tengah (bisa beberapa lapis) yang
disebut dinding tengah atau mesokarp (mesocarpium).[4]
Pada sebagian buah, khususnya buah tunggal yang berasal dari bakal
buah tenggelam, terkadang bagian-bagian bunga yang lain (umpamanya
tabung perhiasan bunga, kelopak, mahkota, atau benangsari) bersatu
dengan bakal buah dan turut berkembang membentuk buah. Jika
bagian-bagian itu merupakan bagian utama dari buah, maka buah itu lalu
disebut buah semu. Itulah sebabnya menjadi penting untuk mempelajari
struktur bunga, dalam kaitannya untuk memahami bagaimana suatu macam
buah terbentuk.
Tipe-tipe buah
Buah-buah itu sedemikian beragam, sehingga sukarlah rasanya untuk
menyusun suatu skema pengelompokan yang dapat mencakup semua macam buah
yang telah dikenal orang. Belum lagi adanya kekeliruan-kekeliruan yang
mempertukarkan pengertian biji dan buah (misal: ‘biji’ jagung, yang
sesungguhnya adalah buah secara botani).
Baik buah sejati (yang merupakan perkembangan dari bakal buah) maupun
buah semu, dapat dibedakan atas tiga tipe dasar buah, yakni:[4]
* buah tunggal, yakni buah yang terbentuk dari satu bunga dengan satu bakal buah, yang berisi satu biji atau lebih.
* buah ganda, yakni jika buah terbentuk dari satu bunga yang memiliki
banyak bakal buah. Masing-masing bakal buah tumbuh menjadi buah
tersendiri, lepas-lepas, namun akhirnya menjadi kumpulan buah yang
nampak seperti satu buah. Contohnya adalah sirsak (Annona).
* buah majemuk, yakni jika buah terbentuk dari bunga majemuk. Dengan
demikian buah ini berasal dari banyak bunga (dan banyak bakal buah),
yang pada akhirnya seakan-akan menjadi satu buah saja. Contohnya adalah
nanas (Ananas), bunga matahari (Helianthus).
Buah kering
Buah tunggal, atau tepatnya buah sejati tunggal, lebih jauh lagi
dapat dibedakan atas bentuk-bentuk buah kering (siccus), yakni yang
bagian luarnya keras dan mengayu atau seperti kulit yang kering; dan
buah berdaging (carnosus), yang dinding buahnya tebal berdaging.
Buah kering selanjutnya dibedakan atas buah yang tidak memecah
(indehiscens) dan yang memecah (dehiscens). Buah indehiscens berisi satu
biji, sehingga untuk memencarkan bijinya buah ini tidak perlu memecah.
Yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah buah tipe padi, tipe kurung,
dan tipe keras.
Buah padi (caryopsis)
Buah padi (caryopsis, atau bulir) memiliki dinding buah yang tipis,
dan berlekatan menyatu dengan kulit biji. Kulit biji ini kadang-kadang
berlekatan pula dengan biji. Buah terbungkus oleh sekam. Buah suku
padi-padian (Poaceae) dan teki-tekian (Cyperaceae) termasuk ke dalam
kelompok ini.
Bulir atau buah padi adalah buah sekaligus biji. Bagian buah terletak
di sebelah luar, terdiri dari lemma, palea, dan skutelum (scutellum).
Bagian biji terdiri dari lapisan aleuron (hanya setebal satu lapis sel),
endospermia (tempat penyimpanan cadangan makanan), dan embrio.
Buah kurung (achenium)
Buah kurung (achenium) memiliki dinding buah yang tipis, berdempetan
namun tidak berlekatan dengan kulit biji. Contohnya adalah buah (‘biji’)
bunga pukul empat (Mirabilis). Buah kurung majemuk contohnya adalah
(buah) bunga matahari.
Buah keras (nux)
Buah keras atau geluk (nux) terbentuk dari dua helai daun buah
(carpel) atau lebih; bakal biji lebih dari satu, namun biasanya hanya
satu yang menjadi biji sempurna. Dinding buah keras, kadangkala mengayu,
tidak berlekatan dengan kulit biji. Contohnya adalah buah sarangan
(Castanopsis).
Beberapa jenis buah keras, kulitnya mengalami pelebaran sehingga
membentuk semacam sayap yang berguna untuk menerbangkan buah ini—jika
masak—menjauh dari pohon induknya. Buah bersayap (samara) semacam ini
contohnya adalah buah meranti (Shorea) dan kerabatnya dari suku
Dipterocarpaceae.
Buah kering yang memecah (dehiscens) umumnya berisi lebih dari satu
biji, sehingga memecahnya buah nampaknya terkait dengan upaya untuk
memencarkan biji, agar tidak terkumpul di suatu tempat. Misalnya adalah:
Buah berbelah (schizocarpium)
Buah berbelah (schizocarpium) memiliki dua ruang atau lebih,
masing-masing dengan sebutir biji di dalamnya. Jika memecah, ruang-ruang
itu terpisah namun bijinya masih terbawa di dalam ruang. Sehingga
masing-masing ruang seolah buah kurung yang tersendiri. Contohnya adalah
kemangi (Ocimum), beberapa jenis anggota Malvaceae, dan lain-lain.
Buah kendaga
Buah kendaga (rhegma) seperti buah belah, namun ruang-ruang itu
masing-masing memecah, sehingga bijinya terlempar keluar. Masing-masing
ruang terbentuk dari satu daun buah. Contoh: para (Hevea), jarak
(Ricinus).
Buah kotak
Terdiri atas satu atau beberapa daun buah, berbiji banyak. Buah ini
memecah jika masak, namun kulit buah yang pecah sampai lama tidak
terlepas dari tangkai buah. Ada banyak macam buah kotak. Buah kotak
sejati (capsula) terdiri atas dua daun buah atau lebih; jumlah
ruangannya sesuai dengan jumlah daun buah asalnya. Buah ini membuka
dengan bermacam-macam cara. Contohnya adalah durian (Durio), anggrek
(Orchidaceae). ‘Daging buah’ durian yang dimakan sebetulnya adalah
arilus (salut biji), perbesaran dari selaput penutup biji.
Selain itu, masih ada lagi beberapa jenis buah kotak seperti berikut ini:
Buah bumbung
Buah bumbung (folliculus) berasal dari bakal buah yang terdiri atas
satu daun buah dengan banyak biji. Jika masak, kotak terbelah menurut
salah satu kampuhnya, biasanya kampuh perut. Contohnya adalah widuri
(Calotropis), kepuh (Sterculia).
Buah polong
Buah polong (legumen) terdiri atas satu daun buah dengan satu ruangan
dan banyak biji; sering pula ruangan ini terpisah-pisah oleh sekat
semu. Jika masak, ruangan akan terbuka menurut kedua kampuhnya yang
memanjang. Contohnya adalah aneka jenis polong-polongan (Fabaceae, atau
dulu disebut Leguminosae).
Buah lobak
Buah lobak (siliqua) tersusun dari dua daun buah dengan satu ruangan
yang tersekat oleh sekat semu. Buah terpecah menurut kedua kampuhnya
ketika masak, namun ujungnya masih berlekatan. Biji sebentar masih
melekat pada sekat semu, yang sebetulnya adalah tembuni, sebelum pada
akhirnya terlepas. Contohnya adalah jenis-jenis Cruciferae.
Buah berdaging
Buah-buah tunggal berdaging pada umumnya tidak memecah (membuka)
ketika masak. Salah satu perkecualiannya adalah pala (Myristica).
Beberapa bentuk buah berdaging, di antaranya:
Buah buni
Buah buni (bacca) mempunyai dinding buah terdiri dari dua lapisan,
yakni lapisan luar (eksokarp atau epikarp) yang tipis dan lapisan dalam
(endokarp) yang tebal, lunak dan berair. Biji-biji lepas dalam lapisan
dalam tersebut. Contohnya adalah buni (Antidesma), belimbing (Averrhoa),
jambu biji (Psidium), tomat (Lycopersicum) .
Buah mentimun
Buah mentimun (pepo) serupa dengan buah buni, namun dengan dinding
luar yang lebih tebal dan kuat. Pada buah yang masak, di tengahnya
sering terdapat ruangan dan daging buahnya bersatu dengan banyak biji di
dalam ruangan tersebut. Contohnya adalah mentimun (Cucurbita) dan
kerabatnya.
Buah jeruk
Buah jeruk (hesperidium) adalah variasi dari buah buni dengan tiga
lapisan dinding buah. Lapisan luar yang liat dan berisi kelenjar minyak;
lapisan tengah yang serupa jaringan bunga karang dan umumnya
keputih-putihan; serta lapisan dalam yang bersekat-sekat, dengan
gelembung-gelembung berisi cairan di dalamnya. Biji-biji tersebar di
antara gelembung-gelembung itu. Contoh: buah jeruk (Citrus).
Buah batu
Buah batu (drupa) memiliki tiga lapisan dinding buah. Eksokarp
umumnya tipis menjangat (seperti kulit); mesokarp yang berdaging atau
berserabut; dan endokarp yang liat, tebal dan keras, bahkan dapat amat
keras seperti batu. Contohnya adalah mangga (Mangifera), dengan mesokarp
berdaging; atau kelapa (Cocos), yang mesokarpnya berserabut.
Buah delima
Dinding luarnya liat, keras atau kaku, hampir seperti kayu; dinding
dalam tipis, liat, bersekat-sekat. Masing-masing ruang dengan banyak
biji. Selaput biji tebal berair dan dapat dimakan. Contohnya adalah
delima (Punica).
Buah ganda
Buah berganda adalah buah yang terbentuk dari satu kuntum bunga yang
memiliki banyak bakal buah. Tiap-tiap bakal buah itu tumbuh menjadi buah
yang tersendiri, lepas-lepas, namun akhirnya menjadi kumpulan buah yang
nampak seperti satu buah. Sesuai dengan bentuk-bentuk buah penyusunnya,
maka dikenal beberapa macam buah berganda. Misalnya:
* buah kurung berganda, misalnya pada buah mawar (Rosa).
* buah bumbung berganda, misalnya pada cempaka (Michelia).
* buah buni berganda, misalnya pada sirsak (Annona).
* buah batu berganda, misalnya pada murbei (Morus).
Buah majemuk
Buah majemuk adalah buah hasil perkembangan bunga majemuk. Dengan
demikian buah ini berasal dari banyak bunga (dan banyak bakal buah),
yang tumbuh sedemikian sehingga pada akhirnya seakan-akan menjadi satu
buah saja. Dikenal pula beberapa macam buah majemuk, di antaranya:
* buah padi majemuk, misalnya jagung (Zea). Tongkol jagung sebetulnya berisi deretan buah-buah jagung, bukan biji jagung.
* buah kurung majemuk, misalnya buah bunga matahari (Helianthus).
* buah buni majemuk, misalnya buah nanas (Ananas).
* buah batu majemuk, misalnya buah pandan (Pandanus), pace (Morinda).
tahap-tahap perkembangan buah majemuk pada pace. Bunga-bunga pace
berkumpul dalam satu perbungaan (bunga majemuk) yang disebut bongkol.
Setelah diserbuki dan dibuahi, setiap kuntum bunga mulai tumbuh menjadi
buah batu (drupa). Dalam perkembangannya, buah-buah batu ini pada
akhirnya saling luluh menjadi sebutir buah batu majemuk.[6]
Sesuai dengan definisi, buah ganda dan buah majemuk sukar disebut
buah sejati. Karena pada buah-buah tersebut terdapat bagian-bagian lain
dari bunga –selain bakal buah– yang turut bertumbuh dan berkembang
menjadi buah, baik bagian-bagian itu menjadi bagian utama buah ataupun
bukan.
Buah tak berbiji
Keadaan tak berbiji merupakan salah satu ciri penting buah-buahan
komersial. Kultivar-kultivar pisang dan nanas adalah contohnya. Demikian
pula, buah-buah jeruk, anggur, dan semangka dari kultivar tak berbiji
umumnya dihargai lebih mahal. Keadaan tak berbiji demikian biasa pula
disebut sukun.[7]
Pada sejumlah spesies, keadaan tak berbiji merupakan hasil dari
partenokarpi, yakni proses pembentukan buah tanpa terjadinya pembuahan
sebelumnya. Buah partenokarpi bisa terbentuk dengan atau tanpa peristiwa
penyerbukan. Kebanyakan kultivar jeruk sukun memerlukan penyerbukan
untuk proses pembentukannya; namun pisang dan nanas tidak memerlukannya.
Sementara itu, keadaan tak berbiji pada anggur sebetulnya terjadi
karena matinya atau tidak tumbuhnya embrio (dan biji) yang dihasilkan
oleh pembuahan, keadaan yang dikenal sebagai stenospermokarpi, yang
memerlukan proses penyerbukan dan pembuahan secara normal
Pemencaran biji
Variasi dalam bentuk dan struktur buah terkait dengan upaya-upaya
pemencaran biji. Pemencaran ini bisa terjadi dengan bantuan hewan,
angin, aliran air, atau proses pecahnya buah yang sedemikian rupa
sehingga melontarkan biji-bijinya sampai jauh.[9]
Pemencaran oleh binatang (zookori)
Pemencaran oleh binatang biasa terjadi pada buah-buah yang memiliki
bagian-bagian yang banyak mengandung gula atau bahan makanan lainnya.
Musang, misalnya, menyukai buah-buah yang manis atau mengandung tepung
dan minyak yang menghasilkan energi. Aneka macam buah, termasuk pepaya,
kopi dan aren, dimakannya namun biji-bijinya tidak tercerna dalam
perutnya. Biji-biji itu, setelah terbawa ke mana-mana dalam tubuh
musang, akhirnya dikeluarkan bersama tinja, di tempat yang bisa jadi
cukup jauh dari pohon asalnya. Demikian pula yang terjadi pada beberapa
macam biji-biji rumput dan semak yang dimakan oleh ruminansia.
Pemencaran seperti itu disebut endozoik.[4] Dari golongan burung, telah
diketahui sejak lama bahwa burung cabe (Dicaeidae) memiliki keterkaitan
yang erat dengan penyebaran beberapa jenis pasilan atau benalu
(Loranthaceae); yang buah-buahnya menjadi makanan burung tersebut dan
bijinya yang amat lengket terbawa pindah ke pohon-pohon lain.[10][11]
Cara lain adalah apa yang disebut epizoik, yakni pemencaran dengan
cara menempel di bagian luar tubuh binatang. Buah atau biji yang epizoik
biasanya memiliki kait atau duri, agar mudah melekat dan terbawa pada
rambut, kulit atau bagian badan binatang lainnya. Misalnya pada
buah-buah rumput jarum (Andropogon), sangketan (Achyranthes), pulutan
(Urena) dan lain-lain.[4]
Pemencaran oleh angin (anemokori)
Di kawasan hutan hujan tropika, pemencaran oleh angin merupakan cara
yang efektif untuk menyebarkan buah dan biji, nomor dua setelah
pemencaran oleh binatang.[12] Tidak mengherankan jika Dipterocarpaceae,
kebanyakan memiliki bentuk buah samara, menjadi salah satu suku pohon
yang mendominasi tegakan hutan di Kalimantan dan Sumatra. Tumbuhan lain
yang memanfaatkan angin, yang juga melimpah keberadaannya di hutan hujan
ini, adalah jenis-jenis anggrek (Orchidaceae). Buah anggrek merupakan
buah kotak yang memecah dengan celah-celah, untuk melepaskan
biji-bijinya yang halus dan mudah diterbangkan angin.[4]
Alih-alih buahnya, pada jenis-jenis tumbuhan tertentu adalah bijinya
yang memiliki sayap atau alat melayang yang lain. Biji-biji bersayap ini
misalnya adalah biji bayur (Pterospermum), mahoni (Swietenia), atau
tusam (Pinus). Biji kapas (Gossypium) dan kapok (Ceiba) memiliki
serat-serat yang membantunya melayang bersama angin.
Pemencaran oleh air (hidrokori)
Buah-buah yang dipencarkan oleh air pada umumnya memiliki jaringan
pengapung (seperti gabus) yang terisi udara atau jaringan yang tak basah
oleh air. Misalnya adalah jaringan sabut pada buah-buah kelapa (Cocos),
ketapang (Terminalia) atau putat (Barringtonia).[4]
Buah bakau (Rhizophora) telah berkecambah semasa masih melekat di
batangnya (vivipar). Akar lembaga dan hipokotilnya tumbuh memanjang
keluar dari buah dan menggantung di ujung ranting, hingga pada saatnya
kecambah terlepas dan jatuh ke lumpur atau air di bawahnya.[13] Kecambah
yang jatuh ke lumpur mungkin langsung menancap dan seterusnya tumbuh di
situ; namun yang jatuh ke air akan terapung dan bisa jadi terbawa arus
air sungai atau laut hingga ke tempat yang baru, di mana kecambah itu
tersangkut dan tumbuh menjadi pohon.
Pemencaran sendiri
Beberapa banyak macam buah, melemparkan sendiri biji-bijinya melalui
berbagai mekanisme pecahnya dinding buah, yang sebagian besar
berdasarkan pada peristiwa higroskopi atau turgesensi.[4] Buah-buah
kering yang memecah sendiri (dehiscens), di saat masak kehilangan kadar
airnya, hingga pada lengas tertentu bagian-bagian yang terkait melenting
secara tiba-tiba, memecah kampuh, dan melontarkan biji-biji di dalamnya
ke kejauhan. Contohnya adalah buah para (Hevea), yang sering terdengar
‘meletus’ di kala hari panas. Demikian pula berbagai macam
polong-polongan (Fabaceae), yang dapat melontarkan biji hingga beberapa
puluh meter jauhnya. Buah pacar air (Impatiens), karena sifat
lentingnya, bahkan sering digunakan anak-anak untuk bermain.
BIJI
Biji (bahasa Latin:semen) adalah bakal biji (ovulum) dari tumbuhan
berbunga yang telah masak. Biji dapat terlindung oleh organ lain (buah,
pada Angiospermae atau Magnoliophyta) atau tidak (pada Gymnospermae).
Dari sudut pandang evolusi, biji merupakan embrio atau tumbuhan kecil
yang termodifikasi sehingga dapat bertahan lebih lama pada kondisi
kurang sesuai untuk pertumbuhan. (Lihat pergiliran keturunan).
UMBI
Umbi merupakan satu organ dari tumbuhan yang merupakan modifikasi
dari organ lain dan berfungsi sebagai penyimpan zat tertentu (umumnya
karbohidrat). Organ yang dimodifikasi dapat berupa daun, batang, atau
akar. Bentuk modifikasi ini biasanya adalah pembesaran ukuran dengan
perubahan anatomi yang sangat jelas terlihat. Umbi biasanya terbentuk
tepat di bawah permukaan tanah.
Organ penyimpan tidak harus berbentuk umbi. Beberapa jenis tumbuhan
menyimpan cadangan energi pada organ yang sama, tetapi tidak mengalami
banyak modifikasi bentuk, sehingga tidak membentuk umbi. Tumbuhan
memerlukan cadangan energi karena ia tidak bisa berpindah tempat untuk
menemukan sumber energi baru atau untuk membantu reproduksi jenisnya
Macam-macam umbi
Umbi merupakan istilah generik (umum). Secara biologi, umbi dibedakan berdasarkan organ dasar yang dimodifikasi.
* Umbi lapis (bulbus) merupakan umbi yang terbentuk dari tumpukan
(pangkal) daun yang tersusun rapat, biasanya dihasilkan oleh famili
Alliaceae, amaryllidaceae, dan Liliaceae;
* Umbi batang merupakan umbi yang terbentuk dari modifikasi batang.
Umbi batang mampu memunculkan tunas maupun akar, sehingga kerap kali
dijadikan bahan perbanyakan vegetatif. Umbi batang yang tumbuh di bawah
permukaan tanah, membesar, dan mengandung banyak pati disebut sebagai
tuber, biasanya dihasilkan oleh beberapa spesies Solanaceae dan
Asteraceae.
* Umbi akar (tuberous root) merupakan umbi yang terbentuk dari
modifikasi akar. Ketela pohon adalah salah satu contoh penghasil umbi
akar. Umbi akar tidak bisa dijadikan bahan perbanyakan.
Beberapa organ yang tumbuh di bawah permukaan tanah juga kadang-kadang disebut umbi, seperti rimpang dan geragih.
Tiga yang pertama disebut sebagai organ seksual karena mutlak diperlukan dalam reproduksi seksual.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar